
Pagi pendaki Gunung, pasti sudah tidak asing mendengar gunung Kerinci. Gunung Kerinci merupakan gunung api tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.805 Mdpl yang terletak di dua provinsi yakni Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Barat. Terdapat dua jalur pendakian di masing masing provinsi tersebut, namun jalur pendakian yang populer adalah Kerinci via Kresik Tuo,Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Berikut merupakan cerita pendakian kami mendaki Gunung Kerinci beberapa waktu yang lalu.
Kami berangkat dari Surakarta, dengan menggunakan transportasi umum, yaitu bus. Kami menaiki bus jurusan Surakarta – Pekanbaru, dan nantinya berhenti di Kota Jambi. Kami berangkat dari Surakarta pukul 16:00 WIB dan tiba di Pelabuhan Merak sekitar pukul 08:00 WIB dan sampai di Pelabuhan Bakauheni pukul 11:00 WIB. Kemudian bus melaju ke Pekanbaru melalui lintas timur Sumatera dan singkat cerita setelah 2 hari perjalanan kami tiba di Kota Jambi pagi hari pukul 07:00 WIB.
Perjalanan kami lanjutkan menuju Kresik Tuo yang terletak di Kabupaten Kerinci dengan menggunakan travel. Namun karena jadwal travel malam hari, kami lantas berjalan jalan di sekitaran Kota Jambi dan menikmati keindahan sungai Batanghari dari atas jembatan pedestrian Gentala Arasy.
Malam pun tiba dan kami melanjutkan perjalanan menuju Kabupaten Kerinci. mobil travel Hi Ace berangkat pada pukul 19:00 WIB dan sampai di Kota Sungai Penuh pada pukul 05:00 WIB. Setelah sholat subuh kami melanjutkan perjalanan dari Kota Sungai Penuh menuju Desa Kresik Tuo di Kabupaten Jambi menggunakan angkot. Setelah 1,5 jam perjalanan, kami akhirnya sampai di Basecamp Mak Jus di Kaki Gunung Kerinci. kami sampai di base camp Mak Jus pada pukul 07:00 dan lansung mencari sarapan. Dan setelah packing ulang dan ber istirahat sejenak, sekitar pukul 09:00 kami melakukan pendakian.
Baca Juga : Rute transportasi menuju Gunung Kerinci, Darat dan Udara

Hari Ke 1
Pendakian di mulai dari Base camp menuju pintu Rimba. Kami menuju pintu rimba dengan menggunakan mobil pickup yang kami sewa dengan rombongan pendaki lain asal Bandung. Namun sebelum menuju pintu Rimba, kami berhenti di pos pemeriksaan/R10. Pengecekan berupa tiket simaksi, barang bawaan dan surat kesehatan. Di sini pula KTP salah satu peserta rombongan wajib dititupkan guna ditukar dengan sampah yang akan dibawa turun.
Setelah melalui proses pemeriksaan, kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju Pintu Rimba, disitu kami istirahat sejenak. Setelah dirasa cukup kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 1 Bangku Panjang. jarak pintu rimba menuju pos 1 sangat dekat, kami perkirakan tidak ada 1 km dengan jalur hutan tropis dan tanah yang lumayan basah. kami hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk sampai di pos 1 (1890 Mdpl). Pos 1 Gunung kerinci terdiri dari sebuah shelter dan bangku panjang didepannya. Mungkin ini yang menjadi penyebab mengapa dinamakan pos 1 bangku panjang. kami hanya istirahat sebentar dan kembali melanjutkan perjalanan menuju pos 2 karena Area Pos 1 – pos 3 adalah jalur harimau sumatera.

Perjalanan menuju pos 2 masih dengan jalur yang basah dan sedikit menanjak, ya hanya sedikit. Jarak antara pos 1 – pos 2 batu lumut sekitar 1-2 km. Kami membutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk sampai di pos 2 Batu Lumut (2.010 Mdpl). Lagi lagi kami hanya berdua di pos tersebut. Karena tidak ingin terlalu lama, kami kemudian kembali meneruskan perjalanan menuju pos 3 Pondok Panorama.
Perjalanan menuju pos 3 lumayan menanjak dan sepanjang jalur dipenuhi akar akar pohon dengan jarak 3 km. Dalam perjalanan vegetasi menuju pos 2 gunung kerinci masih di temani hutan tropis namun dengan jalur yang tidak basah. Setelah 1 jam perjalanan, kami akhirnya sampai di pos 3 Pondok Panorama (2.225 Mdpl). Di situ kami bertemu beberapa rombongan pendaki yang beristirahat. Kami pun memutuskan untuk beristirahat makan siang dan mengambil air di sungai dekat pos 3. Di pos 3 kita akan menjumpai banyak sekali tupai yang iseng meminta makan kepada para pendaki. mungkin ini bisa dikatakan begal nya gunung Kerinci hahaha. Kami istirahat sangat lama sekali di Pos 3,mungkin sekitar 2,5 jam.
Setelah dirasa cukup, kami melanjutkan perjalanan menuju Shelter 1. Yup di Kerinci memang dibedakan antara Pos dan Shelter. Pos 1 – 3 bukanlah tempat yang direkomendasikan untuk mendirikan tenda, bahkan dilarang. Karena merupakan jalur harimau sumatera. Sedangkan Shelter 1 – 3 merupakan tempat yang direkomendasikan untuk mendirikan tenda karena vegetasinya yang terbuka.
Jarak antara Pos 3 – Shelter 1 adalah 3 km. Jalur menuju Shelter 1 menanjak dan lumayan menguras tenaga. Jalur masih sama seperti menuju pos 3, yaitu di dominasi tanjakan dengan akar di sepanjang jalur. Jika melakukan perjalanan di pagi hari, maka berkemungkinan akan menjumpai Siamang bergelantungan di atas pohon dengan suara yang nyaring dan khas. Dan setelah 1,5 jam perjalanan, kami akhirnya sampai di Shelter 1 (2505 Mdpl) dan mendirikan tenda.

Hari Ke 2
Kami menyambut pagi dengan ditemai kopi dan suara siamang yang saling bersahutan. Kondisi shelter 1 lumayan sepi waktu itu, hanya terdapat 4 tenda. Setelah sarapan dan packing ulang, pada pukul 09:00 kami melanjutkan perjalanan menuju Shelter 2 (3056 Mdpl). Jarak antara shelter 1 menuju shelter 2 sekitar 4 km dengan kondisi jalur yang menanjak dan dipenuhi oleh akar pohon. Bagi kami, perjalanan menuju shelter 2 adalah perjalanan paling menguras tenaga, bahkan kami sempat berpikir mengapa kami mendaki gunung Kerinci. Setelah menempuh 4 jam perjalanan, kami akhirnya sampai di Shelter 2. Tidak ada pendaki yang mendirikan tenda di Shelter 2 waktu itu, kebanyakan mendirikan tenda di Shelter 2 bayangan atau di Shelter 3. Menurut penuturan porter yang kami jumpai, tidak direkomendasikan untuk mendirikan tenda di Shelter 2 dalam jumlah rombongan yang kecil. Karena di shelter 2 masih terdapat aroma mistis.
Kami beristirahat di shelter 2 sekitar 30 menit dan mengambil sedikit arbei hutan yang terdapat di sisi kiri shelter 2. Kami lantas melanjutkan perjalanan menuju Shelter 3 (3291 Mdpl) untuk mendirikan tenda dan bermalam. Perjalanan menuju shelter 3 sudah tidak terdapapat pohon tinggi menjulang, namun terdapat pohon yang tidak terlalu tinggi namun membentuk layaknya sebuah lorong. Perjalanan menuju shelter 3 sangat menguras tenaga, karena jalur yang curam dan terjal. Tak jarang kepala harus mencium lutut. Selain itu karena terlalu curam, seringkali pendaki harus berpegangan pada pohon atau tali yang sudah disediakan. Setelah 2 jam perjalanan, pada pukul 16:30 akhirnya kami sampai di Shelter 3 dan kemudian mendirikan tenda.

Hari Ke 3 Summit Attack
Memulai pendakian menuju puncak Indrapura Kerinci disarankan untuk dilakukan pada sebelum waktu subuh. Hal ini dilakukan agar pada saat sampai puncak tidak terlalu siang, sehingga meminimalisir menghirup gas belerang. Kami memulai pendakian puncak Gunung Kerinci pada pukul 03:30 WIB. Berbeda dengan Semeru dan Rinjani, jalur menuju puncak di dominasi oleh jalur batu dan pasir yang padat, sehingga memudahkan pendaki untuk berpijak.
Setelah 2 jam perjalanan, akhirnya kami sampai di Tugu Yudha. Tugu Yudha merupakan tempat untuk mengenang almarhum Yudha, siswa SMA asal Jakarta yang dinyatakan hilang dan jasadnya tidak ditemukan hingga sekarang. Tugu Yudha berdiri diatas tanah lapang yang mirip sekali dengan Pasar Bubrah Gunung Merapi. Kami beristirahat sejenak di Tugu Yudha selama 15 menit.
Dirasa cukup, kami melanjutkan perjalanan menuju Puncak Indrapura gunung Kerinci. Jalur dari Tugu Yudha hingga Puncak Indrapura masih relatif sama dengan sebelumnya. Perbedaannya, dari jalur ini kita sudah bisa mencium bau menyengat belerang yang di keluarkan. Setelah 1 jam, akhirnya kami sampai di Puncak Indrapura Gunung Kerinci dengan ketinggian 3.805 Mdpl. Rasa senang, sedih, bercampur aduk. Air mata mengalir, antara sedih dan belerang yang menjadi akibatnya. Di puncak Indrapura, kami bisa meyaksikan keindahan Danau Gunung Tujuh di Kejauhan. dan setelah menghabiskan waktu 30 menit diatas, waktunya kami turun.

Perjalanan mendaki gunung Kerinci, merupakan salah satu perjalanan yang mengesankan. Tenaga dan waktu yang dihabiskan sepertinya tidak akan sia sia. Dengan sema hal yang kami dapat, kami rasa sudah lebih dari cukup. Pergilah sejauh mungkin dan carilah pengalaman dan hal baru, tapi. Karena pergi juga untuk kembali.
Baca Juga : Cerita Pendakian Gunung Rinjani, Sembalun – Torean 4 Hari 3 Malam